Allah berfirman 

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Q:Al-Hujurat:6)

Dalam ayat di atas, Allah mengingatkan kita tentang pentingnya klarifikasi atau mencari kejelasan ketika kita mendapat informasi yang tidak jelas. Hal ini sangat diperlukan agar kita tidak salah menerima dan memahaminya. Dari salah terima serta salah memahami akan berdampak kepada salah menyikapinya. Ketika hal ini terjadi, dalam ayat di atas, Allah mengingatkan dampak lebih luasnya bisa jadi membawa musibah bagi orang banyak, dan penyesalan pada akhirnya.

Oleh karena itu, berkaitan dengan adanya satu informasi yang beredar bahkan sempat tersiar di media TV, bahwa buku yang berjudul “PROGRAM PELAJAR JAKARTA BERKARAKTER” yang merupakan Modul 1 Training ESA (Emotional Spiritual Achivement) dari Yayasan Al-Kahfi, mengajarkan Atheisme, kiranya kita sangat perlu untuk mencari kejelasan yang sebenar-benarnya.

Dari hasil telaah terhadap buku tersebut, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut.

Buku tersebut merupakan Modul I Training ESA Program Pendidikan Karakter Yayasan Al Kahfi, terbitan Yayasan Al Kahfi, ISBN 978-602-72565-0-7, terdiri dari 189 halaman, berisikan 4 (empat) Pokok Bahasan utama yaitu:

  1. Pembuktian Ilmiah Keimanan Terhadap Tuhan;
  2. Pembuktian Ilmiah Kebenaran Ajaran Islam Melalui Perbandingan Agama;
  3. Ketetapan Allah Terhadap Nasib Manusia; dan
  4. Peranan Kalimah Syahadat dalam Membentuk Karakter Taqwa.

Dalam pokok bahasan 1 (Pembuktian Ilmiah Keimanan Terhadap Tuhan), terdapat Sub Pokok Bahasan “B” berjudul “Teori-Teori Ilmiah yang Menentang Keyakinan Adanya Tuhan”, dan Sub Pokok Bahasan “C” berjudul “Pembuktian Ilmiah Adanya Tuhan & Kritik Terhadap Atheisme”

Kalau kita baca Pokok Bahasan 1 Sub Pokok Bahasan “B” (hal. 6), saya menangkap prolognya berupa informasi dan mengajak pembaca untuk mewaspadai bahwa dalam kehidupan manusia masih ada pandangan yang menyudutkan keberadaan Tuhan. Mulai halaman 7 s/d halaman 12 dikemukakan 4 (empat) contoh pandangan ilmuwan yang menafikkan adanya Tuhan, masing-masing tentang: Teori Kejadian Alam, tentang Teori Evolusi Darwin mengenai kejadian manusia, tentang penafikkan Agama, dan tentang Agama Pembawa Penderitaan Manusia.

Berikut ini saya kutip secara utuh sebagian paragraf yang terdapat dalam prolog Sub Pokok Bahasan “B” tersebut diatas.
Dalam paragraf dua dan tiga tertulis:

  • “Kenyataan di lapangan banyak sekali pandangan para ilmuwan yang menyudutkan tentang keberadaan Tuhan. Tidak jarang kesimpulan dari pandangan ilmuwan tersebut medeskreditkan tentang adanya Tuhan”.
  • “Jika hal ini tidak dijawab atau tidak diselesaikan, maka generasi muslim lambat laun akan jauh dari nilai-nilai ketuhanan, karena secara tidak sadar mereka mulai menerima argumen-argumen ilmuwan yang menyimpang tersebut”.

Sedangkan pada paragraf akhir tertulis:

  • “Dari uraian diatas, maka kita harus menjawab pandangan Ilmuwan Barat yang tidak percaya tentang keberadaan Tuhan”.

Sedangkan mulai Sub Pokok Bahasan “C” dalam Pokok Bahasan 1 (hal. 13) sampai dengan Pokok Bahasan terakhir (selesai), isi bahasan sepenuhnya memberi penguatan spiritual dan keimanan (SQ) dan memberi pencerahan tentang pengembangan kecerdasan emosional (EQ).

Dengan demikian diulasnya teori-teori tentang pandangan yang menyudutkan keberadaan Tuhan dalam Pokok Bahasan 1 Sub Pokok Bahasan “B” dalam buku ini, semata-mata sebagai informasi dan mengingatkan untuk mewaspadainya, sama sekali sangat jauh dari bernuansa mengajarkan “Atheisme”.

Mengapa sampai tersebar isu bahwa melalui buku tersebut Yayasan Al Kahfi menyebarkan ajaran “Atheisme”?

Jawabannya karena yang tersebar di publik ternyata “hanya foto tiga halaman” yaitu halaman 7 s/d 9 yang memuat bagian satu (1) dari Sub Pokok Bahasan “B” (Teori Imiah Yang Menentang Keyakinan Akan Adanya Tuhan), tanpa disertai naskah prolognya yang tertuang dalam Sub Pokok bahasan “B”. Apalagi tidak pula dilengkapi dengan uraian-uraian dalam Pokok Bahasan-Pokok Bahasan lainnya, sehingga informasinya sangat-sangat tidak proporsional, dan membuat salah pemahaman seperti yang diingatkan oleh Allah sebagaimana tersirat dalam ayat di atas.

Demikian sedikia tinjauan semoga ada manfaatnya.