Wisuda Sarjana IV STID al-Hadid

Menjadikan Sarjana Bermental Pemuda Indonesia 

25 Februari 2018 yang lalu bisa menjadi salah satu hari bersejarah bagi 213 wisudawan/ti STID al-Hadid. Dalam acara Sidang Senat Wisuda ke-4 tahun 2018, mereka dikukuhkan sebagai sarjana strata satu (S1) sebagai lulusan program Studi Manajemen Dakwah STID al-Hadid.

STID al-Hadid menjadi sekolah tinggi Islam profesional dan pencetak sumder daya manusia yang berkualitas, baik kemampuan kompetensi, mentalitas kerja serta berkepribadian. Hal ini tercermin dalam proses pembelajarannya yang salah satunya menekankan keaktivan dari mahasiswa sehingga proses belajar tidak sekedar: duduk, dengan, catat, hafal.Diskusi di kelas, praktikum di lapangan adalah menu sehari-hari.

Satu hal yang menjadi keunikan acara Wisuda di STID al-Hadid adalah adanya tema-tema tertentu yang senantiasa melandasi penyelenggaraannya. Sejak penyelenggaraan wisuda ke-1 hingga yang terakhir kemarin selalu ada tema yang semakin menambah sakralitas acara. Wisuda pertama STID al-Hadid mengangkat tema “Menjadi Sarjana Berkarakter Bijih Besi”, lalu pada penyelenggaraan kedua mengambil tema “Menjadi Sarjana Berkarakter Mata Air Pegunungan”. Kesuksesan berlanjut di penyelenggaraan ketiga yang mengangkat tema “Menjadikan Sarjana Berkarakter Islam Kebangsaan”. Hingga pada penyelenggaraan di akhir Februari 2018 kemarin mengangkat tema “Menjadi Sarjana Bermental Pemuda Indonesia”. Tentunya setiap tema di atas memiliki nilai filosofis mendalam yang ingin disampaikan kepada seluruh pihak yang menghadiri acara. Diharapkan acara wisuda tidak hanya berhenti pada seremonial prosesi wisuda, tapi juga memiliki added value yang lebih besar.

Tema: Menjadikan Sarjana Bermental Pemuda Indonesia

Frasa “Pemuda Indonesia” di dalam tema tersebut merujuk kepada berbagai kisah kepahlawanan yang telah ditunjukkan oleh Pemuda Indonesia dalam banyak peristiwa sejarah. Fase awal kisah tersebut dimulai dari Masa Kebangkitan Nasional yang tidak bisa dipisahkan dari kiprah organisasi Budi Utomo (Boedi Oetomo) dalam mengkampanyekan nasionalisme. Organisasi tersebut berdiri pada 20 Mei 1908 oleh para pemuda yang bersekolah di STOVIA, diantaranya Soetomo, Soelaeman, Goenawan Mangoenkoesoemo, Angka Prodjosoedirdjo, M. Suwarno, Muhammad Saleh, Soeradji, dan Goembrek. Banyak ilmuwan yang menyebutkan bahwa organisasi Budi Utomo sebagai salah satu tonggak persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia dalam entitas sebuah bangsa. Dari sana muncul rasa nasionalisme yang membakar seluruh rakyat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Kiprah Pemuda Indonesia lainnya terekam dalam peristiwa Kongres Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Seperti yang telah kita ketahui bersama, peristiwa Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak utama dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Keputusan kongres tersebut yang kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda menjadi sebuah stimulus kristalisasi semangat para pemuda Indonesia untuk menegakkan berdirinya negara Indonesia. Pada peristiwa itu pulalah, pertama kalinya lagu Indonesia Raya diperdengarkan oleh Wage Rudolf Supratman melalui gesekan biolanya. Di kelak kemudian hari, para pemuda yang terlibat aktif dalam kongres ini menjadi tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Salah satu yang paling terkenal adalah M. Yamin yang saat itu menjabat sebagai sekretaris. Beliau adalah salah satu tokoh BPUPKI yang berperan dalam merumuskan Pancasila.

Tidak hanya pada masa pergerakan kemerdekaan, kiprah Pemuda Indonesia juga sangat kental pada masa setelah kemerdekaan. Salah satunya adalah pada peristiwa Perang 10 November 1945 di Surabaya yang dimotori oleh Bung Tomo. Peristiwa yang diawali kedatangan tentara sekutu yang bertugas melucuti tentara Jepang, namun disusupi oleh NICA yang berusaha mengembalikan Indonesia pada pendudukan Belanda. Insiden pertama terjadi saat sekelompok orang Belanda mengibarkan bendera Belanda di Hotel Yamato/Hotel Oranye yang memancing kemarahan arek-arek Suroboyo, hingga akhirnya menyebabkan Mr. Ploegman tewas. Disusul dengan kematian Jendral Mallaby pada tanggal 30 Oktober 1945 menjadi penyulut utama kemarahan Inggris yang akhirnya mengultimatum rakyat Indonesia untuk menyerah. Namun arek-arek Suroboyo, dengan dibakar oleh pidato Bung Tomo memberikan sebuah respon yang sangat mengejutkan, hingga melahirkan sebuah perang selama 3 minggu yang berhasil menewaskan 2 (dua) jendral dari pihak Inggris, yaitu Brigadir Mallaby dan Loder-Symonds.

Selain pada masa revolusi kemerdekaan, kiprah Pemuda Indonesia sebenarnya juga sangat krusial pada masa reformasi, yaitu masa berakhirnya kekuasaan orde baru. Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan Presiden Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organisasi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Ribuan mahasiswa berdemonstrasi di berbagai daerah, bahkan hingga menduduki gedung DPR-MPR menuntut mundurnya Soeharto. Setelah demonstrasi berminggu-minggu, adanya kerusuhan Mei 1998, tragedi Trisakti, dan yang selainnya, pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Indonesia.

Kisah-kisah di atas memberikan satu gambaran kepada kita bahwa para Pemuda Indonesia telah memberikan andil yang besar dalam perjuangan kemerdekaan, bahkan pada masa reformasi saat menghadapi tirani orde baru. Dari uraian tersebut kita dapat mengetahui bahwa Pemuda Indonesia senantiasa berada di garda depan dalam upaya-upaya merebut kemerdekaan. Para pemuda terpelajar tersebut menginisiasi sebuah organisasi modern bernama Boedi Oetomo sebagai cikal bakal kebangkitan nasional. Selain itu Pemuda Indonesia juga menjadi pioner dalam kongres Pemuda yang semakin mengokohkan persatuan demi tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya di masa revolusi merebut kemerdekaan, para pemuda Indonesia juga terbukti menjadi faktor kunci dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang masih dirongrong oleh Belanda meskipun telah memproklamasikan kemerdekaannya. Belanda yang tidak rela melepaskan Indonesia, berusaha untuk merebut kembali kekuasaannya dengan cara menunggangi tentara sekutu. Merespon hal tersebut, pemuda Indonesia dengan gigih melakukan perlawanan habis-habisan melawan sekutu.

Dengan demikian, spirit yang bisa diambil adalah fakta sejarah yang membuktikan bahwa pemuda Indonesia senantiasa memposisikan dirinya sebagai bagian dari solusi dalam menghadapi persoalan bangsa dan negara, bukan bagian dari masalah itu sendiri. Nilai-nilai seperti itu yang hendak diserap dan ditampilkan dalam keseluruhan acara wisuda. Sehingga makna filofis dari tema wisuda ini adalah menjadikan sarjana-sarjana lulusan STID al-Hadid juga senantiasa menjadi solusi bagi bangsa dan negara, memberikan kontribusi maksimal untuk mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan, menginternalisasikannya hingga menjadi sebuah mentalitas yang kuat.

Sambutan dari Ketua Yayasan Al Kahfi Surabaya, Suwari S.H, M.Kom.I
Sambutan dari Direktur STID Al Hadid, Aris Kristianto, S.Ag, M.H.I.

Proses Berjalannya Acara

 Nilai filosofis dari tema tadi tidak hanya berhenti pada aspek slogan saja, melainkan tercermin dalam keseluruhan acara proses wisuda sarjana ke 4 tahun 2018. Mulai dari susunan tiap segmen acara, pemilihan lagu-lagu yang mengiringi, setting panggung, bahkan hingga kostum panitia.

 Panggung yang menjadi sentral acara didesain dengan tampilan backdrop yang bernuansa retro/klasik dengan gambar ilustrasi perjuangan para pemuda Indonesia dari masa ke masa. Tidak lupa pula, gambar/ilustrasi dari Bung Tomo ketika berpidato membakar semangat arek-arek Suroboyo. Backrop retro ini diperkuat dengan detail ornamen yang menggambarkan sebuah bangunan yang bernama Gedung Kebangkitan Nasional, dengan hiasan jendela gedung tua, dan juga lampu yang bernuansa jaman Belanda. Semua detail desain panggung tersebut menguatkan nuansa perjuangan.

 Dari sisi acara, tema tersebut diwujudkan ke dalam susunan acara, mulai dari pembacaan ayat suci al-Quran, pembacaan doa, sambutan-sambutan, lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Alkahfinita dan Paduan Suara STID al-Hadid, pemutaran film dokumentasi wisudawan, hingga prosesi wisuda sarjana itu sendiri.

 Jalannya acara dipandu oleh MC yang menggunakan dua bahasa: bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, secara bergantian.

 Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Usman Ma’arif, S.Kom.I, M.Ag sebagai Qori’ dan Siti Khairani, sebagai saritilawah. Ayat yang dibaca adalah QS. al-Kahfi ayat 10-14 yang mengisahkan tentang kisah para pemuda Kahfi (Ashabul Kahfi) dalam memperjuangkan keimanannya kepada Allah swt pada masa Raja Diqyanus yang zalim. Mereka berdoa kepada Allah SWT. agar senantiasa memberinya petunjuk yang lurus. Usaha mereka untuk bersembunyi di gua dan doa-doa mereka agar Allah senantiasa memberinya petunjuk merupakan bukti bahwa Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang gigih mempertahakan kebenaran dan keimanan kepada Allah SWT.

 Segmen berikutnya yaitu pembacaan doa juga berupaya untuk menjaga nilai sakralitas dan kekhusyukan acara dengan tetap terhubung dengan tema acara. Doa yang dihantarkan berfokus kepada harapan agar wisudawan/ti dapat menjadi sosok pengayom, pelindung, dan pemimpin atas keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsa. Selain itu, terselip harapan juga agar para wisudawan/ti mampu meneladani perjuangan dan pengorbanan para Pemuda Indonesia sejak masa Kebangkitan Nasional hingga masa reformasi yang telah berjuang dan berkorban demi kemerdekaan dan kebesaran Indonesia.

 Pada acara sambutan, beberapa sambutan dibawakan oleh:

  •  Direktur STID al-Hadid, Aris Kristianto, S.Ag, M.HI.
  • Ketua yayasan al-Kahfi, Suwari S.H, M.Kom.I
  • Perwakilan KOPERTAIS wilayah IV, diwakilkan oleh Muhammad Nuril Huda, M.Pd., selaku sekretaris Kopertais Wilayah IV

Pada segmen hiburan berupa penampilan Alkahfinita dan Paduan Suara STID al-Hadid juga tidak sekedar memberikan hiburan, namun juga memiliki nilai yang kuat. Lagu-lagu yang dipilih adalah lagu yang mampu menyampaikan pesan tersebut, antara lain lagu berjudul Selamat Datang Pahlawan Muda, Mars STID al-Hadid, Hymne STID al-Hadid, dan Bangun Pemudi Pemuda yang dinyanyikan Paduan Suara STID al-Hadid. Sedangkan Alkahfinita menyanyikan lagu berjudul Indonesia Jaya, kemudian lagu yang dipopulerkan Chaseiro berjudul Pemuda, dan lagu ciptaan Alkahfinita sendiri berjudul Indonesia Kehormatanku. Selain itu juga dinyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama oleh Paduan Suara dan seluruh tamu yang hadir. Banyak testimoni positif yang memuji penampilan tim Paduan Suara dan Alkahfinita karena mampu membangkitkan nilai kebangsaan, heroisme kepemudaan, sekaligus tetap mampu menghibur dengan harmonisasi suara yang indah.

Penampilan Alkahfinita dengan latar desain panggung Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana IV, 2018.
Penampilan Tim Paduan Suara Mahasiswa STID al-Hadid .

Satu hal yang juga agak berbeda dengan sebelumnya adalah pada segmen pemutaran film dokumentasi wisudawan. Pada tahun lalu film tersebut mendapatkan pujian dari pada hadirin karena tidak hanya berisi sekumpulan foto kenangan wisudawan, namun memiliki jalinan kisah dalam penyajiannya. Tahun ini film dokumentasi wisudawan menambahkan lagi aspek inspirasi Pemuda Indonesia yang ditampilkan dengan mencuplik pidato Bung Tomo sebagai latar suara, dan visualisasi perjuangan arek-arek Suroboyo melawan sekutu yang dilanjutkan dengan lagu mengheningkan cipta hingga masuk ke bagian dokumentasi perjalanan wisudawan sejak masa seleksi, perkuliahan, hingga lulus. Alhasil, penambahan tersebut semakin menambah efek dramatis yang memberikan bekasan kepada siapapun yang menyaksikan.

Segmen utama dari acara yaitu prosesi wisuda dilaksanakan pasca pemutaran film. Mekanisme prosesi didesain mampu memberikan perasaan bangga kepada para wisudawan/ti dan juga para orang tua yang hadir. Setiap wisudawan/ti dipanggil satu per satu untuk diwisuda oleh Ketua STID al-Hadid dan Kaprodi Manajemen Dakwah di atas panggung. Satu hal yang membuat istimewa adalah pada saat pemanggilan nama wisudawan/ti juga menyertakan nama orang tua (bapak) mereka. Desain ini diakui oleh testimoni wisudawan/ti mampu menyentuh hati para orang tua yang merasa sangat tersanjung dan turut bangga dengan kesuksesan anaknya. Tidak sedikit orang tua yang dulu sangat minim informasi mengenai STID al-Hadid, lalu sangat mengagumi profesionalitas STID al-Hadid.

Dokumentasi acara wisuda sarjana ini disaksikan juga di liputan khusus TV 9 di chanel youtube:

https://www.youtube.com/watch?v=skIK9iZ5nCE

Pesan dan Harapan Wisuda ke-4 STID al-Hadid

Acara wisuda ke-4 STID al-Hadid memang telah usai, namun pesan yang terkandung di dalamnya sangat kuat dan diharapkan dapat menginspirasi siapapun yang menghadirinya, termasuk anda pembaca buletin ulul albab ini. Adapun pesan dan harapan yang ingin disampaikan acara tersebut adalah:

Agar seluruh wisudawan/ti STID al-Hadid memiliki semangat yang besar untuk meniru kisah kepahlawanan pemuda Indonesia dan menghayatinya hingga menginternalisasi menjadi sebuah mentalitas positif
Agar seluruh wisudawan/ti STID al-Hadid senantiasa memposisikan diri menjadi solusi bagi seluruh permasalahan yang dihadapi masyarakat hingga dapat membawa kemajuan dan kebesaran bangsa Indonesia di masa depan
Bagi seluruh anggota al-Kahfi di berbagai daerah baik yang hadir secara langsung maupun tidak, tema acara wisuda juga membawa pesan agar kita semua dapat terinspirasi dan memiliki semangat yang sama seperti para pahlawan muda Indonesia

Para Senat memasuki ruang Sidang Senat Wisuda ke-4 tahun 2018
Muhammad Nuril Huda, M.Pd., selaku Sekretaris Kopertais Wilayah IV