“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya”QS. Al Maidah: 32
Kilas Balik Tragedi Longsor Sumedang
Kedatangan bencana tentu tidak ada yang menduga, namun selalu akan ada hikmah di balik setiap peristiwa. Demikian halnya dengan bencana longsor di Kabupten Sumedang, Jawa Barat. Pada tanggal 9 Januari 2021, 8 desa tertimpa musibah, lima desa terendam banjir dan tiga desa (Desa Sindulang, Desa Tegal Manggung, dan terakhir Desa Cimanggung) terdampak bencana longsor. Desa yang disebut terakhir bahkan melaporkan adanya korban jiwa.
Berdasarkan laporan dari keluarga korban dan tim SAR, 65 orang menjadi korban dalam bencana longsor tersebut. Empat puluh orang di antaranya meninggal (Kompas online, 19 Januari 2021), dan dua puluh lima orang lainnya luka-luka, baik ringan ataupun berat. Selain warga, petugas kepolisian, anggota Babinsa, Danramil, Pol PP, serta petugas petugas lain ikut menjadi korban.
Tragedi longsor tersebut terjadi sebanyak tiga kali. Longsoran pertama terjadi kira-kira pada pukul 16.00, sedangkan longsor yang kedua pada pukul 19.00, dan longsor terakhir pada pukul 21.00. Pada longsoran pertama, banyak warga yang panik dan datang ke lokasi untuk menolong sanak saudaranya yang menjadi korban. Sebagian selainnya berada di lokasi tersebut, namun saat proses evakuasi berlangsung, longsoran kedua terjadi. Korban menjadi bertambah, warga sekitar, tim evakuasi dan Pol PP serta petugas lain menjadi korban. Sedangkan pada saat longsoran terakhir, banyak warga yang panik, berlarian dan, berteriak “Tolong… tolong… tolong…,” berhamburan menjauhi longsoran, tutur Fadlan ketua Karang Taruna Kecamatan Cimanggung.
Sementara ini, Pemerintah melakukan proses penanganan, seperti mendata warga yang mengalami kerugian material, mendata rumah yang rusak, warga yang perlu direlokasi, serta pemberian fasilitas lain kepada korban. Sembari menunggu kejelasan relokasi ke Cilembu dan Tegal Manggung, warga dipindahkan ke Rusunawa yang berada di Cangkuang. Sedangkan warga yang tidak berkenan dipindahkan ke Rusunawa, difasilitasi kontrakan yang dibayar oleh pemerintah.
Penyerahan Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Longsor Sumedang
Mendengar kabar duka yang terjadi di Sumedang, Yayasan Al-Kahfi tergerak atas nama kemanusiaan untuk berkontribusi mengadakan bakti sosial dengan tujuan meringankan beban keluarga korban. Bakti sosial dimulai dengan melakukan survei ke lokasi secara langsung, mendata serta mencari informasi mengenai bencana longsor yang terjadi di Sumedang serta kebutuhan korban yang butuh dipenuhi. Setelah proses survei lapangan dilakukan, barulah kami memutuskan untuk mendistribusikan bantuan kepada korban bencana longsor.
Proses Persiapan
Beberapa hari sebelum keberangkatan ke Sumedang, tim bakti sosial Al-Kahfi bergerak mempersiapkan infrastruktur dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Persiapan tersebut dimulai dengan membentuk sebuah tim berikut dengan divisi-divisinya. Terdapat divisi logistik, divisi transportasi, serta divisi reportase yang masing-masing memiliki job dan fungsinya. Setelah pembentukan divisi selesai, tim menyiapkan pengadaan paket bantuan yang akan didistribusikan kepada korban.
Dalam proses persiapan kebutuhan ini, divisi logistik mempersiapkan beberapa hal, yakni belanja kebutuhan barang, serta packing barang dalam bentuk paket. Proses belanja barang dan kebutuhan ini memakan waktu tiga hari. Nantinya per-satuan paket diisi oleh beberapa kebutuhan seperti alat makan, alat mandi, alat tidur, alat ibadah, obat-obatan, sembako, dan tidak lupa masker serta handsanitizer. Berikut rinciannya:
Setelah pengadaan barang selesai, selanjutnya tim bakti sosial Al-Kahfi melakukan proses packing. Tim baksos Al-Kahfi dibagi ke dalam beberapa tim. Tim pertama mempersiapkan kardus sebagai wadah dari kebutuhan yang akan diberikan. Tim kedua bertugas untuk memasukan barang-barang non sembako, sedangkan tim yang lain memasukan barang barang sembako serta vitamin. Tim empat melakukan quality control, melakukan pengecekan, apakah semua barang sudah dimasukan atau belum. Kemudian tim terakhhir melakukan penataan paket yang sudah lengkap terisi. Setelah proses persiapan usai, kemudian kami berangkat ke lokasi bencana.
Proses Pendistribusian Bantuan Kemanusiaan
Pada tanggal 30 Januari 2021 kami berkumpul di Yayasan Al-Kahfi Kantor Perwakilan Cibeunying Kidul pada pukul 06.00. Kegiatan dimulai dengan briefing Tim. Ketua pelaksana mengingatkan kembali tugas dan fungsi dari masing-masing divisi yang akan berangkat ke lokasi bencana. Setelah briefing dilakukan, tim kemudian bergegas untuk mengangkut paket bantuan ke dalam mobil box dan memulai perjalanan menuju lokasi longsor.
Dalam perjalanan menuju lokasi longsor, kondisi jalan yang ditempuh berglombang dan licin, dikarenakan sehari sebelum keberangkatan, Sumedang diguyur oleh hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Tim juga harus melalui jalan-jalan yang sempit, licin dengan kontur tanah merah yang belum teraspal untuk sampai ke titik bencana. Sepanjang perjalanan, kami disuguhkan oleh pemandangan bukti-bukit serta gunung yang berdiri kokoh mengelilingi kota Bandung dan Sumedang. Namun bukit yang dulunya rindang akan pepohonan, kini rindang dengan perumahan, mungkin hal ini pula yang menyebabkan terjadinya longsor di Sumedang, dikarenakan pohon yang berfungsi menyerap kadar air dalam tanah kini tiada.
Sesampainya di lokasi, tim dibagi menjadi dua bagian. Tim pertama yaitu divisi logistik dan ketua pelaksana menemui pihak Karang Taruna Kecamatan Cimanggung, serta RT dan RW setempat. Sedangkan tim kedua yaitu divisi reportase langsung meliput dan melakukan proses perekaman di lokasi terdampak longsor.
Dalam kunjungan tim ke rumah Ketua RT, beliau meyampaikan cerita dan duka yang dialami oleh warga dan tempat dimana ia tinggal. Diselingi isak tangis, beliau menceritakan situasi saat longsor terjadi, “Saya sudah mengingatkan mereka supaya jangan balik ke rumah yang longsor, nanti khawatir ada susulan. Tapi mereka nekad balik ke rumahnya. Dan benar, tak lama berselang, longsor susulan datang”. Bencana longsor kali ini telah menguras emosi dan kesedihan warga Cimanggung Sumedang, termasuk ketua RT setempat. Ketua RW juga mengisyaratkan hal yang sama. Bantuan yang datang silih berganti benar-benar terdistribusikan kepada warga yang terdampak. Setelah berkunjug ke rumah ketua RT dan ketua RW, kemudian kami mencari data mengenai proses terjadinya longsoran, berapa korban luka dan yang meninggal dunia, serta informasi-informasi lain yang dibutuhkan.
Sementara itu, tim reportase melakukan pengambilan gambar dan video lokasi longsoran dari tepi ke hilir. Dengan kontur tanah yang licin serta bergelombang, ditambah dengan kondisi tanah yang becek dan berlumpur, tim reportase sampai harus menggunakan sepatu boots untuk merekam gambar lokasi terjadinya longsor. Tim pun melakukan proses wawancara kepada salah satu warga yang menjadi saksi hidup dari naasnya trgedi longsor di Sumedang. Menurut laporan dari warga tersebut, longsor terjadi bertepatan dengan adanya prosesi pernikahan. Nahasnya, hari yang seharusnya menjadi hari bahagia, menjadi hari yang penuh duka dengan adanya tragedi tersebut.
Setelah melakukan reportase dan juga pencarian data, kemudian seluruh tim berkumpul di posko Karang Taruna desa Cimanggung Sumedang. Tim dibantu personil Karang Taruna mulai menurunkan paket bantuan dari mobil box. Selesai diturunkan dan ditata, kami melakukan prosesi simbolis pemberian paket bantuan kepada ketua Karang Taruna desa Cimanggung Sumedang. Briefing kembali dilakukan oleh ketua pelaksana kepada anggota, untuk membagi dua tim yang akan memberikan bantuan serta mewawancarai korban longsor ataupun keluarga korban yang ditinggalkan.
Proses pemberian bantuan dilakukan di tengah gerimis yang membasahi kota Sumedang. Gerimis yang turun menambah suasana sendu dan mengingatkan pada duka akan bencana yang menimpa. Kami mengunjungi beberapa keluarga yang menjadi korban bencana, baik korban luka ataupun korban yang meninggal jiwa. Tim beserta personil Karang Taruna , mengangkut paket bantuan dan berjalan sejauh kurang lebih 1 km untuk sampai di rumah korban. Sesampainya di rumah korban, kami mulai mencoba bertanya kondisi serta keadaan terkini dari korban.
Pada saat proses wawancara dilakukan, banyak kami temui wajah-wajah dengan tatapan kosong, berbicara terbata-bata, ataupun jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan, agaknya korban ataupun keluarga korban masih syok dengan adanya bencana yang menimpanya. Adapula korban yang sudah pulih dari syoknya dan menuturkan kronologi terjadinya longsor saat itu. Dengan tangan yang patah, kondisi lutut yang bergeser ataupun jahitan dikepala akibat operasi, korban menceritakan betapa panik dan mencekamnya suasana saat terjadi longsor. Adapula keluarga korban yang tidak kuasa menahan tangisnya ketika menceritakan mendiang suaminya yang meninggal. Selepas menanyai kondisi terkini korban, kami berpamitan sembari memberikan paket bantuan kepada korban ataupun keluarga korban.
Setelah proses pemberian bantuan selesai dilakukan, kemudian kami kembali ke posko untuk berpamitan kepada personil Karang Taruna. Di tengah guyuran gerimis, seluruh tim mulai meninggalkan Sumedang, sembari berdo’a, bahwa hujan kali ini hanya akan membawa berkah dan bahagia